Days of My Life

live, love and laugh..

Sunday, October 3, 2010

Mike Tyson and Me

Lahir dimasa Mike Tyson sedang jaya-jayanya dengan kedua orang tua yang penikmat olah raga tinju dan penggemar Mike tyson, ga heran kalo mereka tadinya berharap punya anak cowok yg setangguh Mike Tyson.



Sayangnya dihari kelahiranku bidan harus menyampaikan 1 kabar baik dan 1 kabar buruk.
Kabar buruknya anak yang lahir bukan lelaki seperti yang diharapkan, tetapi perempuan;
tapi kabar baiknya, si jabang bayi memang mirip Mike Tyson.. physically.

Tadinya aku pengen marah sama mama yang malah mengidolakan pria kekar berkulit hitam selama dia hamil, tapi ternyata berdasarkan pengalaman orang-orang sekitar, justru konon bayi yang dikandung akan jadi mirip dengan orang yang dibenci.
Jawaban mama waktu aku tanya siapa orang yang dia benci waktu lagi hamil sama sekali ga membantu.
Dia benci banget sama Bob Tutupoli T__T.




Anywaaaay.. setelah bertahun-tahun ga pernah denger lagi kabar dari Mike Tyson (lebih tepatnya karena udah jarang nonton acara olah raga, terutama tinju) kemarin ga sengaja nonton tayangan wawancara Oprah Winfrey dengan Mike Tyson.
Penasaran juga karena sejak kasus Mike Tyson memutuskan bahwa kuping Evander Holyfield boleh juga dipertimbangkan sebagai camilan diatas ring, aku udah ga pernah lagi denger kabar mengenai Mike Tyson.

Wawancara Oprah-Mike Tyson kemarin cukup mengharukan karena banyak sisi lain dari Mike Tyson yang belum pernah aku tahu. Merasa lebih tahu banyak mengenai Tyson daripada teman-teman sepergaulan karena namanya selalu disebut-sebut dilingkungan keluarga sejak aku baru lahir, ternyata Mike Tyson yang aku kenal sama sekali berbeda dengan Mike Tyson yang sebenarnya.

Mike Tyson yang asli bukan cuma sekedar petinju bengis dengan penampilan sangar, tetapi dia juga seorang ayah yang penuh kasih. Cara dia mengungkapkan perasaannya dan cara menghadapi kesedihan saat anak perempuannya meninggal menunjukkan betapa tidak terbiasanya dia berbagi perasaan sengan orang lain selain dirinya sendiri. Tetapi hal yang paling menyentuh adalah kesediaannya untuk mencoba.

Tayangan wawancara Oprah - Tyson kemarin muncul disaat yang benar-benar tepat. Baru 3 hari yang lalu mengalami keguguran, aku sempat merasa benar-benar sedih karena semua rencana yang sudah aku susuh didalam kepala jadi harus ditunda. Aku tidak akan pernah bisa melihat wajah bayi yang aku dan seluruh keluargaku sudah nantikan kedatangannya tahun depan.

Cukup berat menerima kenyataan bahwa sematang apapun rencana kita, dan seindah apapun bayangan kita akan masa depan, pada akhirnya semua keputusan ada di tangan Tuhan.
Aku sempat bingung bagaimana harus bersikap, karena tenggelam dalam kesedihan akan membuat orang-orang disekelilingku khawatir. Selain itu, aku memang bukan orang yang bisa menikmati kesedihan dan membiarkannya berlarut-larut.

Ada sebuah ungkapan yang aku baca di buku mengenai cara manusia menghadapi kesedihan; Bagaimana kepedihan yang dipendam akan membuat hati manusia terluka, sebagaimana kotoran yang tertinggal di mesin cuci membuatnya berkarat.
Tetapi, bukankan kepedihan yang membuat kita bertumbuh? terpuruk dan mengasihani diri sendiri hanya akan membuat kita kalah sehingga kita harus menyingkirkannya jauh-jauh.

Mike Tyson dan aku, sama-sama dua orang yang tidak mengerti bagaimana menghadapi kesedihan dengan benar..
Aku sadar, mood kelabu hanya akan membuat orang disekelilingku ikut tertekan dan prihatin, sedangkan ada begitu banyak masalah disekeliling kami yang lebih berat daripada masalahku.
Tetapi satu hal yang pasti, kami berdua sama-sama beruntung, karena masih dikelilingi oleh orang-orang yang mau bersabar untuk mengerti dan memahami..

Labels: ,